MONGGO
Jumat, 25 Januari 2013
KUKUP BEACH
Tidak hanya Tanah Lot di Bali, Pantai Kukup di Gunungkidul juga punya pulau karang di lepas pantainya. Dari atas pulau karang ini, kita bisa melihat dengan jelas pantai dan ombak yang menghantam karang.
Berwisata ke Yogyakarta memang selalu menjadi tujuan yang menarik bagi semua traveler. Terutama pantai-pantai di Kabupaten Gunungkidul, selalu menjadi trending topic di jejaring sosial. Selain banyak pantai yang masih perawan, daya tariknya juga ada karena traveler bisa memilih banyak pantai yang diinginkan. Ya, inilah Gunungkidul, Hidden Paradise of Yogya.
Salah satu pantai yang sudah lebih dulu terkenal di destinasi ini adalah Pantai Kukup. Pantai Kukup terletak di antara Pantai Baron dan Pantai Sepanjang. Lebih tepatnya lagi berlokasi di Desa Kemadang, Tanjungsari, Gunungkidul.
Karena fasilitas dan infrastruktur yang sudah dibangun lumayan lengkap seperti penginapan, restoran, dan area parkir yang luas. Oleh karena itu, Pantai Kukup biasanya menjadi salah satu tujuan selain pantai-pantai lainnya.
Jika Anda sudah pernah ke Pantai Baron, tentunya tak akan melewatkan kesempatan untuk mampir ke Pantai Kukup. Pantai ini hanya berjarak sekitar satu kilometer dari Pantai Baron. Wisatawan bisa menempuh perjalanan dengan motor atau mobil. Bagi yang suka trekking bisa menyusuri pinggiran tebing dengan panorama pantai yang eksotis.
Satu hal yang istimewa dari Pantai Kukup adalah terdapat pulau karang yang dihubungkan dengan jembatan. Sekilas tampak seperti Pantai Tanah Lot di Bali. Dari pulau karang ini kita bisa menyaksikan hamparan pantai yang indah berpadu dengan deburan ombak yang langsung menghantam karang.
Hal lain yang tak kalah menarik adalah biota laut yang menghuni Pantai Kukup. Banyak sekali penjual yang menjajakan beraneka ragam ikan hias serta tumbuhan laut yang bisa dijadikan hiasan akuarium di rumah. Jika laut sedang surut, kita bisa langsung menyusuri bibir pantai, di mana banyak sekali ceruk-ceruk karang yang dihuni oleh ikan-ikan hias.
Bagi Anda yang hobi berenang di laut, Pantai Kukup kurang cocok untuk dijadikan arena berenang. Hal ini dikarenakan, sebagian besar pantainya memiliki kontur berupa karang terjal. Namun, bagi Anda yang ingin bersantai bersama keluarga, pantai ini sangat cocok sebagai tempat relaksasi dan melepas lelah.
Perlu Anda ketahui, Pantai Kukup berjarak sekitar 60 km dari Kota Yogyakarta. Sebelum sampai di Pantai Kukup, Anda akan mendapatkan pengalaman yang menakjubkan. Jalan naik turun dan berkelok serta pemandangan pengunungan karst khas Gunungkidul akan menjadi panorama cantik yang tak terlupakan.
sumber: http://travel.detik.com/read/2012/10/19/164307/2067371/1025/5/tergoda-eksotisme-pantai-kukup-gunungkidul
Goa Pindul, Gunung Kidul
Welcome to Goa Pindul. Sungguh pesona yang luar biasa, dari bibir goa saja sudah terasa daya tarik keindahan yang memanggil-manggil.
Cave tubing atau menyusuri goa dimulai. Stalaktit dan stalakmit mulai menyapa. Terduduk dengan mulut ternganga mendongak ke atas melihat keindahan yang sempurna.
Dari celah goa, sinar sang surya menyapa, seraya berkata “selamat berpetualang di Goa Pindul”.
Sampai pada sisi dalam goa yang paling kaya akan sinar sang surya, seorang pelancong telah siap dengan ancang ancangnya untuk terjun menuju kejernihan dan kesegaran air.
Saat semua pelancong terpesona dengan keelokan goa, sibuk menyusuri goa dan berenang. Sang pemandu Goa Pindul membantu mengambil gambar dengan kamera, merekam saat saat istimewa di tempat super istimewa.
sumber: http://ranselkecil.com/tempat/goa-pindul-gunung-kidul/
Senin, 10 September 2012
Air Terjun Sekar Langit
sumber: https://sites.google.com/site/wisataairterjun/jawa-tengah/air-terjun-sekar-langit---tlogorejo---magelang
Sekar Langit dalam bahasa jawa, sekar
berarti bunga, dan langit berarti langit, maka
jika diterjemahkan berarti bunga yang turun dari langit. Air terjun
Sekar Langit merupakan tetesan mata air yang berasal dari puncak Gunung
Telomoyo, gunung yang membatasi antara kota Salatiga dan kota Magelang
di Jawa Tengah.
Air Terjun Sekar Langit memiliki ketinggian sekitar 30 meter dan aliran airnya nanti akan mengalir ke arah barat menuju ke aliran sungai Elo dan selanjutnya bermuara di laut selatan Jawa.
Legenda
Warga sangat menghormati air terjun yang satu ini, hal ini lantaran sebuah runtutan kisah dongeng klasik legenda Joko Tarub, seorang pria iseng yang mengintip dan mencuri selendang bidadari yang sedang mandi di sebuah air terjun.
Warga disekitar air terjun ini percaya bahwa air dari Air Terjun Sekar Langit memiliki khasiat, baik untuk penyembuhan penyakit yang ringan seperti gatal-gatal sampai kepada penyakit kronis. Selain itu juga air ini dapat menambah aura kecantikan bagi seorang perempuan. Caranya dengan mandi atau cukup sekedar membasuh muka saja. Ada pula anggapan lain tentang erotisme khasiat dari air terjunt ini, yaitu mampu untuk menambah padat, berisi dan kencang payudara bagi perempuan. Caranya adalah sambil mandi, air terjun yang mengucur ini langsung dikenakan ke bagian utama identitas kewanitaan ini baik secara langsung atau boleh juga dikenakan sedikit demi sedikit atau diserempet-serempetkan saja. Yang penting, air dari Air Terjun Sekar Langit harus mengenai payudara secara langsung sebelum air tersebut jatuh menyentuh bumi.
Bahkan bagi yang sulit mendapatkan jodoh terutama kaum pria, tempat ini sering dijadikan tempat untuk melaksakan keingingan tersebut di atas..
Ritual untuk mendapatkan jodoh biasanya dengan melakukan meditasi di malam hari, yaitu pada malam Jumat Kliwon atau malam Selasa Kliwon, dengan cara membakar dupa atau kemenyan sambil menghadap ke arah timur laut. Umumnya tempat yang dipilih untuk melakukan ritual tersebut adalah di sebuah batu berdiameter sekitar 5 meter yang terletak di sebelah selatan air terjun. Konon di tempat ini adalah tempat yang paling makbul, dimana dulunya Joko Tarub mengintip bidadari-bidadari yang sedang mandi di Sekar Langit tersebut.
Air Terjun Sekar Langit memiliki ketinggian sekitar 30 meter dan aliran airnya nanti akan mengalir ke arah barat menuju ke aliran sungai Elo dan selanjutnya bermuara di laut selatan Jawa.
Legenda
Warga sangat menghormati air terjun yang satu ini, hal ini lantaran sebuah runtutan kisah dongeng klasik legenda Joko Tarub, seorang pria iseng yang mengintip dan mencuri selendang bidadari yang sedang mandi di sebuah air terjun.
Warga disekitar air terjun ini percaya bahwa air dari Air Terjun Sekar Langit memiliki khasiat, baik untuk penyembuhan penyakit yang ringan seperti gatal-gatal sampai kepada penyakit kronis. Selain itu juga air ini dapat menambah aura kecantikan bagi seorang perempuan. Caranya dengan mandi atau cukup sekedar membasuh muka saja. Ada pula anggapan lain tentang erotisme khasiat dari air terjunt ini, yaitu mampu untuk menambah padat, berisi dan kencang payudara bagi perempuan. Caranya adalah sambil mandi, air terjun yang mengucur ini langsung dikenakan ke bagian utama identitas kewanitaan ini baik secara langsung atau boleh juga dikenakan sedikit demi sedikit atau diserempet-serempetkan saja. Yang penting, air dari Air Terjun Sekar Langit harus mengenai payudara secara langsung sebelum air tersebut jatuh menyentuh bumi.
Bahkan bagi yang sulit mendapatkan jodoh terutama kaum pria, tempat ini sering dijadikan tempat untuk melaksakan keingingan tersebut di atas..
Ritual untuk mendapatkan jodoh biasanya dengan melakukan meditasi di malam hari, yaitu pada malam Jumat Kliwon atau malam Selasa Kliwon, dengan cara membakar dupa atau kemenyan sambil menghadap ke arah timur laut. Umumnya tempat yang dipilih untuk melakukan ritual tersebut adalah di sebuah batu berdiameter sekitar 5 meter yang terletak di sebelah selatan air terjun. Konon di tempat ini adalah tempat yang paling makbul, dimana dulunya Joko Tarub mengintip bidadari-bidadari yang sedang mandi di Sekar Langit tersebut.
Lokasi
Terletak Desa Telogorejo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah.
Aksesbilitas
Berjarak sekitar 5 km dari Kopeng dari arah utara kota Salatiga. Dapat dijangkau dengan kendaraan pribadi, baik sepeda motor maupun mobil dengan kondisi jalan sudah beraspal, akan tetapi sangat curam dengan banyak turunan.
Untuk sampai ke obyek wisata Air Terjun Sekar Langit ini, dapat di capai dari dua arah. Arah pertama masuk dari kota Salatiga. Dimana sesampainya di desa Getasan (sebelum Kopeng), ambil jalan ke kanan hingga pintu gerbang. Jarak dari desa ini hingga pintu gerbang sekitar 3-4 km. Sedangkan arah kedua masuk dari kota Magelang melewati daerah Grabag dengan menyusuri perbukitan. Dari Kota Kecamatan Grabag ini, dapat ditempuh dalam waktu sekitar 10-15 menit, dengan pintu masuknya berada di Dusun Dalangan, Desa Pandean Ngablag.
Selanjutnya dari pintu gerbang menuju air terjun sekitar 500 meter melalui jembatan dan jalan setapak yang menanjak melewati hutan pinus. Di sepanjang jalan terpampang beberapa papan pengumuman yang diletakkan di pohon untuk mengingatkan pengunjung bilmana hujan tiba, harus keluar dari lokasi. Hal ini dikarenakan sering terjadi air bah yang datang dari hulu bila musim hujan tiba. Begitu juga terdapat larangan mandi dan turun ke sungai saat musim hujan tiba.
Terletak Desa Telogorejo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah.
Aksesbilitas
Berjarak sekitar 5 km dari Kopeng dari arah utara kota Salatiga. Dapat dijangkau dengan kendaraan pribadi, baik sepeda motor maupun mobil dengan kondisi jalan sudah beraspal, akan tetapi sangat curam dengan banyak turunan.
Untuk sampai ke obyek wisata Air Terjun Sekar Langit ini, dapat di capai dari dua arah. Arah pertama masuk dari kota Salatiga. Dimana sesampainya di desa Getasan (sebelum Kopeng), ambil jalan ke kanan hingga pintu gerbang. Jarak dari desa ini hingga pintu gerbang sekitar 3-4 km. Sedangkan arah kedua masuk dari kota Magelang melewati daerah Grabag dengan menyusuri perbukitan. Dari Kota Kecamatan Grabag ini, dapat ditempuh dalam waktu sekitar 10-15 menit, dengan pintu masuknya berada di Dusun Dalangan, Desa Pandean Ngablag.
Selanjutnya dari pintu gerbang menuju air terjun sekitar 500 meter melalui jembatan dan jalan setapak yang menanjak melewati hutan pinus. Di sepanjang jalan terpampang beberapa papan pengumuman yang diletakkan di pohon untuk mengingatkan pengunjung bilmana hujan tiba, harus keluar dari lokasi. Hal ini dikarenakan sering terjadi air bah yang datang dari hulu bila musim hujan tiba. Begitu juga terdapat larangan mandi dan turun ke sungai saat musim hujan tiba.
GUA JOMBLANG
Menemukan Hutan Purba dan Cahaya Surga di Dasar Gua
Gua Jomblang merupakan salah satu gua dari ratusan
kompleks gua Gunungkidul yang terkenal karena keunikan dan keindahannya
yang tidak terbantahkan. Pada tahun 2011, Gua Jomblang dijadikan tempat
pengambilan gambar Amazing Race Amerika. Terletak di rentangan
perbukitan karst pesisir selatan yang memanjang dari Gombong, Jawa
Tengah; hingga kawasan karst Pegunungan Sewu, Pacitan, Jawa Timur; gua
vertikal yang bertipe collapse doline ini terbentuk akibat proses
geologi amblesnya tanah beserta vegetasi yang ada di atasnya ke dasar
bumi yang terjadi ribuan tahun lalu. Runtuhan ini membentuk sinkhole
atau sumuran yang dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah luweng.
Karena itu gua yang memiliki luas mulut gua sekitar 50 meter ini sering
disebut dengan nama Luweng Jomblang.
Untuk memasuki Gua Jomblang diperlukan kemampuan teknik
tali tunggal atau single rope technique (SRT). Oleh karena itu,
siapapun yang hendak caving di Jomblang wajib menggunakan peralatan
khusus yang sesuai dengan standar kemanan caving di gua vertikal dan
harus didampingi oleh penelusur gua yang sudah berpengalaman. Bersama
rekan-rekan caver dari Jomblang Resort, YogYES pun mencoba untuk caving
di gua yang eksotik ini. Setelah memakai coverall, sepatu boot, helm,
dan headlamp, seorang pemandu pun memasangkan SRT set di tubuh YogYES
sambil menjelaskan nama dan fungsinya masing-masing. SRT set tersebut
terdiri dari seat harness, chest harness, ascender / croll, auto
descender, footloop, jammer, carabiner, cowstail panjang, serta cowstail
pendek.
Petuangan menuju kedalaman perut bumi pun dimulai dengan berjalan
meninggalkan basecamp menuju bibir gua yang sudah disiapkan sebagai
lintasan. Ada beberapa lintasan di Gua Jomblang dengan ketinggian
beragam mulai 40 hingga 80 meter. Berhubung ini baru pertama kalinya
YogYES menuruni gua vertikal maka lintasan yang dipilih merupakan
lintasan terpendek yang dikenal dengan jalur VIP. 15 meter pertama dari
teras VIP ini merupakan slope yang yang masih bisa ditapaki oleh kaki.
Setelah itu dilanjutkan menuruni tali sepanjang kurang lebih 20 meter
untuk sampai di dasar gua. Rasa was-was yang sempat hinggap saat
melayang di udara langsung menghilang begitu menjejakkan
kaki kembali di atas tanah.
Pemandangan yang ada di depan mata mengundang decak kagum. Jika di
atas sejauh mata memandang hanya akan menemui perbukitan karst dan jati
yang meranggas, maka di perut Gua Jomblang terhampar pemandangan
hijaunya hutan yang sangat subur. Aneka lumut, paku-pakuan, semak,
hingga pohon-pohon besar tumbuh dengan rapat. Hutan dengan vegetasi yang
jauh berbeda dengan kondisi di atas ini sering dikenal dengan nama
hutan purba. Sejak proses runtuhnya tanah ke bawah, vegetasi ini terus
hidup dan berkembang biak hingga saat ini.
sumber: http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/sport-and-adventure/gua-jomblang/
Gunung Merbabu
Gunung Merbabu adalah gunung api yang
bertipe Strato (lihat Gunung Berapi) yang terletak secara geografis
pada 7,5° LS dan 110,4° BT. Secara administratif gunung ini berada di
wilayah Kabupaten Magelang di lereng sebelah
barat dan Kabupaten Boyolali di lereng sebelah
timur, Propinsi Jawa Tengah.
Gunung Merbabu dikenal melalui naskah-naskah masa pra-Islam sebagai Gunung
Damalung atau Gunung Pam(a)rihan. Di lerengnya pernah
terdapat pertapaan terkenal dan pernah disinggahi oleh Bujangga Manik pada abad ke-15. Menurut etimologi,
"merbabu" berasal dari gabungan kata "meru" (gunung) dan "abu" (abu).
Nama ini baru muncul pada catatan-catatan Belanda.
Gunung ini pernah meletus pada tahun 1560 dan 1797.
Dilaporkan juga pada tahun 1570 pernah meletus, akan tetapi belum dilakukan
konfirmasi dan penelitian lebih lanjut. Puncak gunung Merbabu berada
pada ketinggian 3.145 meter di atas permukaan air laut.
Gunung Merbabu mempunyai kawasan Hutan
Dipterokarp Bukit, Hutan
Dipterokarp Atas, Hutan
Montane, dan hutan
Ericaceous atau hutan gunung.
Jalur Pendakian
Gunung Merbabu cukup populer sebagai ajang kegiatan pendakian.
Medannya tidak terlalu berat namun potensi bahaya yang harus
diperhatikan pendaki adalah udara dingin, kabut tebal, hutan yang lebat
namun homogen (hutan tumbuhan runjung, yang tidak cukup mendukung sarana
bertahan hidup atau survival), serta ketiadaan sumber air.
Penghormatan terhadap tradisi warga setempat juga perlu menjadi
pertimbangan.
Kopeng Thekelan
Dari Jakarta bisa naik kereta api atau bus ke Semarang, Yogya, atau
Solo. Dilanjutkan dengan bus jurusan Solo-Semarang turun di kota
Salatiga, dilanjutkan dengan bus kecil ke Kopeng. Dari Yogya naik bus ke
Magelang, dilanjutkan dengan bus kecil ke Kopeng. Dari kopeng terdapat
banyak jalur menuju ke Puncak, namun lebih baik melewati desa tekelan
karena terdapat Pos yang dapat memberikan informasi maupun berbagai
bantuan yang diperlukan. Pos Tekelan dapat ditempuh melalui bumi
perkemahan Umbul Songo.
Di bumi perkemahan Umbul Songo Anda dapat beristirahat menunggu malam
tiba, karena pendakian akan lebih baik dilakukan malam hari tiba
dipuncak menjelang matahari terbit. Andapun dapat beristirahat di Pos
Thekelan yang menyediakan tempat untuk tidur, terutama bila tidak
membawa tenda. Dapat juga berkemah di Pos Pending karena di tiga tempat
ini kita bisa memperoleh air bersih.
Masyarakat di sekitar Merbabu mayoritas beragama Budha sehingga akan
kita temui beberapa Vihara di sekitar Kopeng. Penduduk sering melakukan
meditasi atau bertapa dan banyak tempat-tempat menuju puncak yang
dikeramatkan. Pantangan bagi pendaki untuk tidak buang air di Watu Gubug
dan sekitar Kawah. Juga pendaki tidak diperkenankan mengenakan pakaian
warna merah dan hijau.
Pada tahun baru jawa 1 suro penduduk melakukan upacara tradisional di
kawah Gn. Merbabu. Pada bulan Sapar penduduk Selo (lereng Selatan
Merbabu) mengadakan upacara tradisional. Anak-anak wanita di desa
tekelan dibiarkan berambut gimbal untuk melindungi diri dan agar
memperoleh keselamatan. Perjalanan dari Pos Tekelan yang berada di
tengah perkampungan penduduk, dimulai dengan melewati kebun penduduk dan
hutan pinus. Dari sini kita dapat menyaksikan pemandangan yang sangat
indah ke arah gunung Telomoyo dan Rawa Pening.
Di Pos Pending kita dapat menemukan mata air, juga kita akan
menemukan sungai kecil (Kali Sowo). Sebelum mencapai Pos I kita akan
melewati Pereng Putih kita harus berhati-hati karena sangat terjal.
Kemudian kita melewati sungai kering, dari sini pemandangan sangat indah
ke bawah melihat kota Salatiga terutama di malam hari.
Dari Pos I kita akan melewati hutan campuran menuju Pos II, menuju
Pos III jalur mulai terbuka dan jalan mulai menanjak curam. Kita mendaki
gunung Pertapan, hempasan angin yang kencang sangat terasa, apalagi
berada di tempat terbuka. Kita dapat berlindung di Watu Gubug, sebuah
batu berlobang yang dapat dimasuki 5 orang. Konon merupakan pintu
gerbang menuju kerajaan makhluk ghaib.
Bila ada badai sebaiknya tidak melanjutkan perjalanan karena sangat
berbahaya. Mendekati pos empat kita mendaki Gn. Watu tulis jalur agak
curam dan banyak pasir maupun kerikil kecil sehingga licin, angin
kencang membawa debu dan pasir sehingga harus siap menutup mata bila ada
angin kencang. Pos IV yang berada di puncak Gn. Watu Tulis dengan
ketinggian mencapai 2.896 mdpl ini, disebut juga Pos Pemancar karena di
puncaknya terdapat sebuah Pemancar Radio.
Menuju Pos V jalur menurun, pos ini dikelilingi bukit dan tebing yang
indah. Kita dapat turun menuju kawah Condrodimuko. Dan di sini terdapat
mata air, bedakan antara air minum dan air belerang.
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal
serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan
Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak
Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo (
Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.
Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gn.Merapi dengan
puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali. Ke
arah barat tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan
indah, seolah-olah menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak
Gn.Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn.Lawu
dengan puncaknya yang memanjang.
Menuju Puncak Kenteng Songo ini jalurnya sangat berbahaya, selain
sempit hanya berkisar 1 meter lebarnya dengan sisi kiri kanan jurang
bebatuan tanpa pohon, juga angin sangat kencang siap mendorong kita
setiap saat. Di puncak ini terdapat batu kenteng / lumpang / berlubang
dengan jumlah 9 menurut penglihatan paranormal.
Menuruni gunung Merbabu lewat jalur menuju Selo menjadi pilihan yang
menarik. Kita akan melewati padang rumput dan hutan edelweis, juga
bukit-bukit berbunga yang sangat indah dan menyenangkan seperti di film
India yang sangat menghibur kita sehingga lupa akan segala kelelahan,
kedinginan dan rasa lapar. Disepanjang jalan kita dapat menyaksikan
Gn.Merapi yang kelihatan sangat dekat dengan puncak yang selalu
mengeluarkan Asap.
Kita akan menuruni dan mendaki beberapa gunung kecil yang dilapisi
rumput hijau tanpa pepohonan untuk berlindung dari hempasan angin.
Disepanjang jalur tidak terdapat mata air dan pos peristirahatan. Kabut
dan badai sering muncul dengan tiba-tiba, sehingga sangat berbahaya
untuk mendirikan tenda.
Jalur menuju Selo ini sangat banyak dan tidak ada rambu penunjuk
jalan, sehingga sangat membingungkan pendaki. Banyak jalur yang sering
dilalui penduduk untuk mencari rumput dipuncak gunung, sehingga pendaki
akan sampai diperkampungan penduduk. Sambutan yang sangat ramah dan
meriah diberikan oleh penduduk Selo bagi setiap pendaki yang baru saja
turun Gn.Merbabu. Apabila Anda tidak bisa berbahasa jawa ucapkan saja
terima kasih.
Dari Selo dapat dilanjutkan dengan bus kecil jurusan
Boyolali-Magelang, bila ingin ke yogya ambil jurusan Magelang, dan bila
hendak ke Semarang atau Solo ambil jurusan Boyolali.
Jalur Wekas
Tim Skrekanek yang berjumlah lima orang ( Steve, Sigit, Bowo, Hari,
Bayu) pertengahan Maret 2005 melakukan pendakian Gunung Merbabu melalui
Jalur Wekas. Untuk menuju ke Desa Wekas kita harus naik mobil Jurusan
Kopeng - Magelang turun di Kaponan, yakni sekitar 9 Km dari Kopeng,
tepatnya di depan gapura Desa Wekas. Dari Kaponan pendaki berjalan kaki
melewati jalanan berbatu sejauh sekitar 3 Km menuju pos Pendakian.
Jalur ini sangat populer dikalangan para Remaja dan Pecinta Alam kota
Magelang, karena lebih dekat dan banyak terdapat sumber air, sehingga
banyak remaja yang suka berkemah di Pos II terutama di hari libur. Wekas
merupakan desa terakhir menuju puncak yang memakan waktu kira-kira 6-7
jam. Jalur wekas merupakan jalur pendek sehingga jarang terdapat
lintasan yang datar membentang. Lintasan pos I cukup lebar dengan
bebatuan yang mendasarinya. Sepanjang perjalanan akan menemui ladang
penduduk khas dataran tinggi yang ditanami Bawang, Kubis, Wortel, dan
Tembakau, juga dapat ditemui ternak kelinci yang kotorannya digunakan
sebagai pupuk. Rute menuju pos I cukup menanjak dengan waktu tempuh 2
jam.
Pos I merupakan sebuah dataran dengan sebuah balai sebagai tempat
peristirahatan. Di sekitar area ini masih banyak terdapat warung dan
rumah penduduk. Selepas pos I, perjalanan masih melewati ladang
penduduk, kemudian masuk hutan pinus. Waktu tempuh menuju pos II adalah 2
jam, dengan jalur yang terus menanjak curam.
Pos II merupakan sebuah tempat yang terbuka dan datar, yang biasa
didirikan hingga beberapa puluhan tenda. Pada hari Sabtu, Minggu dan
hari libur Pos II ini banyak digunakan oleh para remaja untuk berkemah.
Sehingga pada hari-hari tersebut banyak penduduk yang berdagang makanan.
Pada area ini terdapat sumber air yang di salurkan melalui pipa-pipa
besar yang ditampung pada sebuah bak.
Dari Pos II terdapat jalur buntu yang menuju ke sebuah sungai yang
dijadikan sumber air bagi masyarakat sekitar Wekas hingga desa-desa di
sekitarnya. Jalur ini mengikuti aliran pipa air menyusuri tepian jurang
yang mengarah ke aliran sungai di bawah kawah. Terdapat dua buah aliran
sungai yang sangat curam yang membentuk air terjun yang
bertingkat-tingkat, sehingga menjadi suatu pemandangan yang sangat luar
biasa dengan latar belakang kumpulan puncak - puncak Gn. Merbabu.
Selepas pos II jalur mulai terbuka hingga bertemu dengan persimpangan
jalur Kopeng yang berada di atas pos V (Watu Tulis), jalur Kopeng. Dari
persimpangan ini menuju pos Helipad hanya memerlukan waktu tempuh 15
menit. Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat
terjal serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan
Jembatan Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri
menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak
Kenteng Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.
Jalur Kopeng Cunthel
Tim Skrekanek yang berjumlah lima orang (Maulana, Steve, Iwi, Ardy,
Sigit) pertengahan September 2004 melakukan pendakian Gunung Merbabu
berangkat melalui jalur Kopeng - Cunthel, dan turun mengambil jalur
Kopeng Thekelan.
Untuk menuju ke desa Cuntel dapat ditempuh dari kota Salatiga
menggunakan mini bus jurusan Salatiga Magelang turun di areal wisata
Kopeng, tepatnya di Bumi perkemahan Umbul Songo. Perjalanan dimulai
dengan berjalan kaki menyusuri Jalan setapak berbatu yang agak lebar
sejauh 2,5 km, di sebelah kiri adalah Bumi Perkemahan Umbul Songo.
Setelah melewati Umbul Songo berbelok ke arah kiri, di sebelah kiri
adalah hutan pinus setelah berjalan kira-kira 500 meter di sebelah kiri
ada jalan setapak ke arah hutan pinus, jalur ini menuju ke desa
Thekelan.
Untuk menuju ke Desa Cuntel berjalan terus mengikuti jalan berbatu
hingga ujung. Banyak tanda penunjuk arah baik di sekitar desa maupun di
jalur pendakian. Di Basecamp Desa Cuntel yang berada di tengah
perkampungan ini, pendaki dapat beristirahat dan mengisi persediaan air.
Pendaki juga dapat membeli berbagai barang-barang kenangan berupa
stiker maupun kaos.
Setelah meninggalkan perkampungan, perjalanan dilanjutkan dengan
melintasi perkebunan penduduk. Jalur sudah mulai menanjak mendaki
perbukitan yang banyak ditumbuhi pohon pinus. Jalan setapak berupa tanah
kering yang berdebu terutama di musim kemarau, sehingga mengganggu mata
dan pernapasan. Untuk itu sebaiknya pendaki menggunakan masker
pelindung dan kacamata.
Setelah berjalan sekitar 30 menit dengan menyusuri bukit yang
berliku-liku pendaki akan sampai di pos Bayangan I. Di tempat ini
pendaki dapat berteduh dari sengatan matahari maupun air hujan. Dengan
melintasi jalur yang masih serupa yakni menyusuri jalan berdebu yang
diselingi dengan pohon-pohon pinus, sekitar 30 menit akan sampai di Pos
Bayangan II. Di pos ini juga terdapat banguanan beratap untuk
beristirahat.
Dari Pos I hingga pos Pemancar jalur mulai terbuka, di kiri kanan
jalur banyak ditumbuhi alang-alang. Sementara itu beberapa pohon pinus
masih tumbuh dalam jarak yang berjauhan.
Pos Pemancar atau sering juga di sebut gunung Watu Tulis berada di
ketinggian 2.896 mdpl. Di puncaknya terdapat stasiun pemancar relay. Di
Pos ini banyak terdapat batu-batu besar sehingga dapat digunakan untuk
berlindung dari angin kencang. Namun angin kencang kadang datang dari
bawah membawa debu-debu yang beterbangan. Pendakian di siang hari akan
terasa sangat panas. Dari lokasi ini pemandangan ke arah bawah sangat
indah, tampak di kejauhan Gn.Sumbing dan Gn.Sundoro, tampak Gn.Ungaran
di belakang Gn. Telomoyo.
Jalur selanjutnya berupa turunan menuju Pos Helipad, suasana dan
pemandangan di sekitar Pos Helipad ini sungguh sangat luar biasa. Di
sebelah kanan terbentang Gn. Kukusan yang di puncaknya berwarna putih
seperti muntahan belerang yang telah mengering. Di depan mata terbentang
kawah yang berwarna keputihan. Di sebelah kanan di dekat kawah terdapat
sebuah mata air, pendaki harus dapat membedakan antara air minum dan
air belerang.
Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gn.Merapi dengan
puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali. Ke
arah barat tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan
indah, seolah-olah menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak
Gn.Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn.Lawu
dengan puncaknya yang memanjang.
sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Merbabu
sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Merbabu
Indonesia Beach
Pantai Klayar
Geografi
Kabupaten Pacitan terletak di ujung barat daya Provinsi Jawa Timur. Wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo di utara, Kabupaten Trenggalek di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah) di barat. Sebagian besar wilayahnya berupa pegunungan kapur, yakni bagian dari rangkaian Pegunungan Kidul. Tanah tersebut kurang cocok untuk pertanian.Pacitan juga dikenal memiliki gua-gua yang indah, diantaranya Gua Gong, Tabuhan, Kalak, dan Luweng Jaran (diduga sebagai kompleks gua terluas di Asia Tenggara). Di daerah pegunungan seringkali ditemukan fosil purbakala.
Transportasi
Ibukota Kabupaten Pacitan terletak 101 km sebelah selatan Kota
Madiun. Terminal utama adalah terminal Pacitan. Akses jalan timur
(dari Ponorogo & Madiun) yang cukup banyak tikungan tajam masih
menjadi kendala utama transportasi, sementara akses jalan barat ke arah
Jawa Tengah ada 2 pilihan, yaitu melewati jalur selatan dengan rute
lebih panjang namun jalan relatif lebar atau melewati rute Sedeng dengan
jarak tempuh lebih pendek namun harus melewati tanjakan sedeng barat
(desa Sedeng) yang cukup tajam, sehingga bus besar tidak memungkinkan
lewat jalur ini.
Namun begitu saat ini telah mulai dibangun jalur alternatif lintas
selatan yang direncanakan akan melewati wilayah bagian selatan Kabupaten
Pacitan ke arah timur, yang menghubungkan Pacitan dengan Kabuputen
Trenggalek, melalui jalur Pacitan Kota - Kebonagung - Tulakan - Lorok -
Sudimoro - Panggul (wil. Kab. Trenggalek) dst.
Rute terjauh dari akses jalur timur adalah ke Surabaya yang dilayani
bus besar patas AC, namun dalam 1 hari hanya ada 2x pemberangkatan dari
dan ke Pacitan. Rute selanjutnya adalah Ponorogo - Pacitan dilayani bus
3/4, armada tipe ini cukup banyak sehingga dalam 1 hari lebih dari 5
pemberangkatan bus dari terminal Arjowinangun.
Rute barat (ke Surakarta) dilayani bus AKAP dengan jumlah yang cukup
banyak, namun hanya beroperasi dari jam 05.00 hingga 16.00. Untuk rute
barat yang lewat Sedeng hanya dilayani kendaraan umum tipe kecil seperti
colt dan carry dengan pemberhentian terakhir di Kecamatan Punung.
sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Pacitan
Selasa, 04 September 2012
MUNTILANKU
Muntilan, Magelang
Muntilan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Muntilan terletak sekitar 10 Km dari Kota Mungkid, 15 Km dari Kota Magelang dan 25 Km dari Yogyakarta. Muntilan telah lama menjadi pusat perdagangan di sekitar Lereng Barat Gunung Merapi dan berada di jalur propinsi yang menghubungkan Semarang, Kota Magelang dan Yogyakarta.
Muntilan berada di jalur kereta api tua menuju Stasiun Blabak Mungkid dan Stasiun Kebonpolo Magelang yang sekarang sudah tidak berfungsi.
Geografi
Kecamatan Muntilan berbatasan dengan Kota Mungkid dan kecamatan Mungkid di Utara, kecamatan Srumbung di Timur, kecamatan Ngluwar di Barat, serta kecamatan Salam di Selatan.
Sejarah
Kecamatan Muntilan sudah ada sejak peralihan kekuasaan atas Karesidenan Kedu dari Kesultanan Yogyakarta kepada pemerintah Inggris pada tahun 1812. Pada awal keberadaannya, Kecamatan ini merupakan tempat pemukiman orang Tionghoa. Di masa perang Diponegoro, laporan Belanda menyebutkan bahwa salah satu benteng dari proyek benteng stelsel Jenderal De Kock dibangun diKecamatan ini. Setelah Perang Diponegoro selesai dan Kultuurstelsel diberlakukan di Jawa termasuk di Karesidenan Kedu, Muntilan tumbuh menjadi Kecamatan. Namun demikian wilayah ini diperintah oleh seorang wedana yang berkedudukan di Probolinggo (Bolinggo), satu kilometer di sebelah timur Muntilan ke arah Yogya. Baru pada saat pemerintah kolonial mengadakan reorganisasi pemerintahan pada tahun 1900, Muntilan menerima status sebagai kawedanan sekaligus distrik. Dengan perubahan status ini, sejak itu kedudukan wedana dipindahkan dari Probolinggo ke Muntilan sementara di kecamatan ini juga ditempatkan seorang pejabat Belanda berpangkat kontrolir yang tunduk kepada asisten residen di Magelang. Peristiwa sejarah penting di Muntilan di antaranya adalah kedatangan Pastur F. van Lith pada tahun 1894 yang memulai penyiaran agama Katolik di antara masyarakat Jawa. Dalam waktu sepuluh tahun van Lith telah berhasil membangun suatu komunitas umat Katolik Jawa yang mencakup daerah pelayanan hingga Sendangsono di Kulon Progo, Sumber di Utara, Salam di Timur dan Tumpang di arah Barat sementara wilayah Borobudur dilayani oleh rekannya, Pastur Hoevenaar. Van Lith bukan hanya membangun komunitas Katolik namun juga kompleks pendidikan sekolah Katolik yang sampai sekarang masih berfungsi. termasuk asrama dan rumah sakit, yang diresmikan pada tahun 1902. Peristiwa sejarah lain yang mempengaruhi tata ruang kecamatan Muntilan selain kemunculan kompleks bangunan Katolik ini adalah pembukaan rel kereta api oleh Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschapij (NISM) pada tahun 1892 yang menghubungkan Yogyakarta dan Magelang. Kecamatan Muntilan dilewati jalur ini dan sebagai teknisinya adalah Ir. The Tjien Ing, yang dipindahkan dari Secang oleh direksi NISM ke Muntilan pada tahun 1892. The Tjien Ing kemudian diangkat menjadi kepala kampung Cina (Chineezen Wijk) pada tahun 1903 dan pada tahun 1912 dilantik di klenteng Muntilan sebagai letnan Cina (het leiutenant voor Chineezen) oleh Kontrolir Muntilan.Rumah The Tjien Ing yang sekarang berada di Jalan Dr. Sutomo, merupakan tempat tinggal sementara Pastur Van Lith ketika tiba di Muntilan pada tahun 1893, dan baru pindah ke kompleks Perikanan Muntilan sekarang pada tahunn 1894.
Sekolah
Play Group Bentara Wacana Muntilan
PAUD Pelita Hati Muntilan
TK Bentara Wacana Muntilan
SD Muhammadiyah 1 Muntilan
SD Bentara Wacana Muntilan
SD Negeri Muntilan 1
SD Negeri Muntilan 2
SD Negeri Muntilan 3
SMP Negeri 1 Muntilan
SMP Negeri 2 Muntilan
SMP Negeri 3 Muntilan
SMP Bentara Wacana Muntilan
SMA Negeri 1 Muntilan
SMA Muhammadiyah 1 Muntilan
SMA Muhammadiyah 2 Muntilan
SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan
SMA Bentara Wacana Muntilan
SMK Pangudi Luhur Muntilan
SMK Muhammadiyah 2 Muntilan
Tempat Menarik
Wisata religi yang sangat dikenal oleh masyarakat di antaranya adalah makam Kyai Raden Santri Gunungpring di Desa Gunungpring, yang dikunjungi oleh sekitar 500 pengunjung setiap harinya dari berbagai daerah di Jawa. Juga makam Romo Sandyoyo, Kerkop Muntilan, yang dikenal dan dikunjungi oleh umat Katholik di Indonesia
Para Yesuit telah lama hadir di Muntilan. Terdapat sebuah seminari dan nekropolis yang banyak berisi peninggalan para anggota lamanya. Kardinal Julius Darmaatmadja, kardinal Gereja Katolik Roma dan Uskup Agung Jakarta saat ini, lahir di Muntilan. Selain itu di kota ini terdapat lembaga pendidikan yang dikelola oleh yayasan Katolik sejak zaman Belanda. Yang paling menonjol adalah Sekolah Guru (Kweekschool)(sekarang SMA Van Lith Pangudi Luhur). Di samping itu juga ada beberapa sekolah dasar bagi anak-anak pribumi. Selain beberapa tokoh rohaniawan Katolik, lembaga pendidikan itu juga meluluskan sejumlah tokoh nasional seperti mendiang Frans Seda (mantan Menteri Keuangan), Simbolon (Kolonel), dan Sartono Kartodirdjo (sejarawan).
Ketika Perang Dunia II, Muntilan menjadi tempat sebuah kamp tahanan perang oleh tentara Jepang yang menggunakan kompleks sekolah Katolik di sana. Mereka yang menghuni kamp internir ini terutama terdiri atas banyak keluarga Belanda.
Desa/kelurahan
1 Adikarto
2 Congkrang
3 Gondosuli
4 Gunungpring
5 Keji
6 Menayu
7 Muntilan
8 Ngawen
9 Pucungrejo
10Sedayu
11 Sokorini
12 Sriwedari
13 Tamanagung
14 Tanjung
sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Muntilan,_Magelang
Langganan:
Postingan (Atom)